Memaknai Trilogi Organisasi, Belajar Berjuang Bertaqwa

 



Ketika sedang berdiskusi urusan perkuliahan, tiba-tiba temanku nyeletuk, keluar dari pembahasan. Tiba-tiba saja dia mengirim pesan "belajar, berjuang, bertaqwa". Yang tadinya membahas lumayan serius dan bikin pusing, spontan aku tertawa membaca pesan itu. Aku membatin "lhaa kenapa chat begini?". Oiya, temanku satu ini memang sama-sama teman seperjuangan di IPNU IPPNU namun beda daerah. Jadi sebenarnya ngga ada aneh-anehnya kalau tiba-tiba dia nyeletuk gitu. Setelah mengirim pesan itu, dia menambahkan dengan megirim pesan lagi. Ini langsung ku copas aja pesannya, hehe.

Berjuang dekek tengah, soal e

belajar tanpa perjuangan iku ngantuk

Bertaqwa tanpa perjuangan yo isine dungo tok.

Tentu aku sangat sepakat dengan apa yang dia katakan. Trilogi yang bahkan setiap hari diucapkan, di meja rapat, di setiap kegiatan, di ngopi-ngopi, dan dimanapun. Namun tak jarang dari kita yang tidak bisa menyambungkan antar ketiganya.

Kemudian aku teringat apa yang dikatakan Mas Sabrang pada cuplikan video yang tiba-tiba muncul di beranda youtubeku. Bahwa diucapkan setiap hari, bahkan sudah hapal sekalipun tidak menjamin seseorang bisa paham. Pengetahuan bisa dikejar dengan otak. Sedangkan pemahaman adalah rezeki, sehingga diperlukan tempat yang lapang untuk menerimanya dan ini diperankan oleh hati.  Karenanya, pemahaman akan melahirkan kebijaksanaan. Pengetahuan memisahkan keilmuan satu dengan lainnya, sedangkan kebijaksanaan yang lahir dari pemahaman mampu menyambungkan berbagai keilmuan tersebut. Sedangkan salah satu jalan cepat menerima pemahaman adalah keikhlasan hati untuk menerima apapun yang diberikan Tuhan. 

Kemudian aku merenung dan bertanya-tanya. Mungkin kita sudah mengetahui bahkan menghapalnya. Namun, apakah kita sudah benar-benar bijaksana dalam memaknai dan mengaplikasikannya dalam setiap langkah kita? 

Diperlukan hati yang ikhlas untuk memahami semua itu.



Komentar

Postingan Populer