Hari Bumi
Kita bisa saja berperan seperti burung pipit atau semut yang membawa setetes air untuk memadamkan api Raja Namrud yang membakar Nabi Ibrahim.
Pada kisah tersebut, kemudian ada seekor cicak bertanya kepada semut “untuk apa kamu membawa air itu, semut?”
Kata semut, “untuk memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim”.
“Kamu tahu nggak, usaha yang kamu lakukan nggak akan menghasilkan sesuatu, sia-sia, mana bisa air setetes memadamkan api yang begitu besar”, ujar seekor cicak tersebut.
“Dengan setetes air inilah aku menegaskan aku berada dipihak siapa”.
Kemudian ngadi-ngadi lah si cicak, hampir setengah mati mendekati api.
Kata semut, “hai cicak, untuk apa kamu merayap mendekati api, itu bisa membahayakan dirimu”.
“Untuk meniup api yang membakar Nabi Ibrahim agar makin gede”, katanya.
“Kamu tahu nggak, yang kamu lakukan itu sia-sia?”, kata semut.
Cicak kemudian menjawab, “dengan inilah aku menegaskan aku berada dipihak siapa”.
Yap, burung pipit dan semut berpihak pada kebaikan karena sudah memiliki i’tikad baik untuk melawan kejahatan Namrud. Dan kita, bisa menirunya, berpihak pada kebaikan juga. Meskipun akan ada Namrud-Namrud zaman sekarang yang merupa tambang dan pabrik yang izinnya ngga ada, limbahnya dibuang di kali, ngga memenuhi amdal. Dan orang yang bukan siapa-siapa seperti kita, mungkin tidak mampu melawannya. Tapi, kebaikan yang kita lakukan akan menegaskan bahwa kita berpihak pada siapa. Nggak usah terlampau jauh. Mulai dari hal kecil saja, tidak membuang sampah di kali misalnya, atau menggunakan barang-barang yang reuseable.
Berbeda dengan cicak.
Kata Habib Husen Jafar “Dalam melakukan sesuatu meskipun kecil dan tidak berguna atau menghasilkan sesuatu sekalipun, tapi jika didasari niat baik pasti ada nilainya, begitupun sebaliknya. Saat berniat buruk, sekalipun tidak memberikan kerugian pasti akan ada balasannya juga. Apalagi yang sudah benar-benar nyata memberikan kerugiannya”.
Selamat Hari Bumi !
22/04/22
Komentar