Harus Tetap Budal Ngaji Meskipun Males, Kenapa?

 


Tulisan ini kutulis di PP. Sabilurrosyad 3 Kota Malang, kamar 7 yang sekarang sudah berubah menjadi kamar 5 pada Jum’at, 2 April 2021. Kalau tidak salah, sebelum ramadan tahun lalu. Yap, tapi baru ku upload sekarang, satu tahun setelah menulis haha. But, it's okay, tidak ada kata terlambat kan?

Oke, kita awali dengan pertanyaan. Siapa sih disini yang tidak pernah merasakan males? Kalau orang biasa seperti saya ini tentu pernah merasakannya. Males adalah suatu kondisi ketika seseorang menghindari atau tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, padahal dia mampu mengerjakannya pada saat itu juga. Memang sih, melakukan hal baik itu berat sekali, sangat berat bahkan. Jika kita melakukan kebaikan dengan ringan, kalau di dalam kitab Irsyadul ‘ibad hal ini perlu dipertanyakan lagi, jangan-jangan kita melakukan kebaikan tersebut karena nafsu bukan karena lillahi ta’ala. Karena nafsu akan berat ketika diajak untuk melakukan kebaikan. Ngaji misalnya. Orang yang ngaji godaannya berat sekali. Ada yang ngantuk, masih lelah karena kemarinnya banyak kegiatan, atau bahkan tidak paham-paham akhirnya tidak tertarik untuk mempelajari atau karena males. Padahal di dalam Kitab Nashoihul ‘Ibad (maqolah 9:45) Abu Laits sudah menceritakan. Barangsiapa yang duduk disamping ulama “tholabul ‘ilmi” maka seseorang tersebut akan mendapatkan kemulyaan, terlepas dia paham dengan materi yang disampaikan atau tidak. Yang penting budal saja dulu. Ketika kita tidak paham-paham dengan materi yang diberikan tetaplah budal ngaji. Jangan sampai karena kita males atau bahkan sumpek karena tidak paham menjadi penyebab kita berhenti mencari. Kita tidak akan pernah tau, barangkali sumpek yang kita rasakan karena kita tidak paham-paham pelajari menjadi lantaran ridhonya Allah SWT untuk kita mempelajari ilmu tersebut, sehingga kita mudah paham.

Yang semangat ngajinya. Kalau pas ngaji ngantuk terus tidur ya gapapa, mungkin karena kamu capek sekali. Yang penting kamu sudah mau berangkat ngaji itu sudah baik. Kalau ada orang lain berkata “ngenyek/ngremehne” ini itu biarkan saja yang terpenting adalah kamu jangan membecinya. Asal perbuatan yang kamu lakukan baik dan kamu sudah memaksimalkan untuk melakukan kebaikan tersebut jangan putus semangat hanya karena omongan orang. Karena orang tidak akan pernah tau isi hati kita yang sebenarnya kalau kita tidak mengungkapkannya.

Tulisan ini terinspirasi dari diriku sendiri, karena aktif di organisasi di luar pondok akhirnya sedikit berdampak pada ngajiku. Akibatnya aku sering banget ngaji sambil bermimpi alias boboo :v. Tapi prinsipku, tetep budal ngaji masio kesel masio akeh sing gak seneng soale kita sering izin atau apalah itu. Setidaknya kita sudah berusaha untuk menjadi baik. InysaAllah kalau ada niatan begitu pasti ada aja orang baik yang mau membantu kita menuju kesana. Semangat !!!!

Komentar

Postingan Populer